Riwayat Rumah Adat, Bola Soba'

0 komentar

TNO-Sul-Sel, Rumah adat Bangsawan Bugis di Watampone, Sulawesi Selatan yang disebut Bola Soba’. Arsitekturnya hampir mirip dengan rumah Adat Gowa yakni Balla Lompoa. Bola soba atau dalam bahasa Indonesia yang diartikan “rumah persahabatan” merupakan salah satu peninggalan sejarah masa lampau.
Bangunan tradisional Bugis bermaterial kayu ini berdiri di atas lahan seluas hampir 1/2 hektar di ruas Jalan Latenritatta, Watampone. Kokohnya bangunan ini menandakan bahwa masyarakat Bone pada masa lampau telah menguasai pengetahuan teknik arsitektur dan sipil yang mumpuni.
Bola Soba dibangun pada masa pemerintahan Raja Bone ke-30, La Pawawoi Karaeng Sigeri sekitar tahun 1890. Awalnya, diperuntukkan sebagai kediaman raja. Selanjutnya, ditempati oleh putra La Pawawoi, Baso Pagilingi Abdul Hamid yang kemudian diangkat menjadi Petta Ponggawae (Panglima perang) Kerajaan Bone. Seiring dengan ekspansi Belanda yang bermaksud menguasai Sulawesi, termasuk Kerajaan Bone pada masa itu, maka Saoraja Petta Ponggawae ini pun jatuh ke tangan Belanda dan dijadikan sebagai markas tentara. Tahun 1912, difungsikan sebagai mes atau penginapan untuk menjamu tamu Belanda. Berawal dari sinilah penamaan Bola Soba’ yang berarti rumah persahabatan.
Bola Soba memiliki panjang 39,45 meter terdiri dari empat bagian utama, yakni lego-lego (teras) sepanjang 5,60 meter, rumah induk (21 meter), lari-larian/selasar penghubung rumah induk dengan bagian belakang (8,55 meter) serta bagian belakang yang diperuntukkan sebagai ruang dapur (4,30 meter). Dindingnya dilengkapi dengan ukiran pola daun dan kembang sebagai ciri khas kesenian Islam dan banji (model swastika) yang diperkenalkan oleh orang Tionghoa.
Bola Soba telah mengalami tiga kali pemindahan lokasi. Awalnya, terletak di Jalan Petta Ponggawae yang saat ini menjadi lokasi rumah jabatan bupati Bone. Selanjutnya, dipindahkan ke Jalan Veteran dan terakhir di Jalan Latenritatta sejak tahun 1978. Peresmiannya dilakukan pada 14 April 1982 oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) saat itu, Prof Dr Daoed Joesoef. Sebagai bangunan peninggalan sejarah, Bola Soba didesain untuk mendekati bangunan aslinya. Namun demikian, beberapa bagian juga mengalami perubahan, baik perbedaan bahan maupun ukurannya aslinya.
Memasuki bagian dalam bangunan, tak ada benda-benda monumental yang bisa menjelaskan historis bangunan tersebut dengan detail, sedangkan di bagian lain ruangan terdapat ‘bangkai’ meriam tua, potret lukisan Arung Palakka, silsilah raja-raja Bone, serta beberapa benda-benda tertentu yang sengaja disimpan pengunjung sebagai bentuk melepas nazar. Nampak yang jelas hanya beberapa perlengkapan kesenian, seperti kostum tari dan gong dimana setiap harinya bangunan Bola Soba telah ini menjadi tempat latihan salah satu sanggar kesenian yang ada di kota ini. (sumber: bolasoba.blogspot.com / foto: Hasbi Photographer)
Sumber : Toraja News

Posting Komentar