Kita semua tentunya sudah sangat kenal dan akrab dengan salah satu polimer yang disebut plastic. Banyak barang barang kebutuhan sehari hari kita yang terbuat dari plastic. Mulai dari botol minuman mineral, peralatan makan, kantong belanjaan, kemasan makanan, helm, cd, pipa, sepatu, tas dan masih banyak lagi. Bahkan sepertinya plastic sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari umat manusia sekarang ini.
Mungkin kita semua sudah tahu bahwa plastic tidak hanya membawa kemudahan dan manfaat bagi manusia, tapi di sisi lain juga berdampak buruk bagi lingkungan dan manusia itu sendiri. Namun apakah kita semua sudah paham betul tentang dampak buruk plastic bagi lingkungan ? Mengapa dan bagaimana cara mengatasinya ? Berikut sedikit penjelasan tentang bahaya plastic bagi lingkungan.
Plastic merupakan sejenis polimer yang baru secara luas dikembangkan dan digunakan sejak abad ke-20. Semenjak pengembangannya, penggunaan plastic di seluruh dunia meningkat dengan pesat. Saat ini penggunaan material plastic di Negara Negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun dan di Amerika Serikat mencapai 80kg/orang/tahun.
Dalam bentuknya yang masih utuh, sampah plastic dapat menyebabkan masalah lingkungan seperti banjir dan masalah sampah. Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap tahunnya. Kantong kantong plastic ini sebagian berasal dari supermarket dan minimarket yang saat ini jumlahnya sangat banyak dan tersebar di seluruh dunia.
Sebab berbahayanya plastic terkait erat dengan sifatnya yang non-biodegradable, yakni tidak akan dapat terurai oleh organisme pengurai yang ada di alam. Sehingga, limbah plastic akan terus ada di alam dan menyebabkan pencemaran. Oleh karena itu daur ulang plastik sebenarnya bukanlah solusi total dari usaha mengurangi dan mencegah pencemaran lingkungan oleh plastik. Bahkan plastik tak akan bisa didaur ulang selama-lamanya karena mutu dan kualitasnya akan semakin menurun, sehingga pembuatan plastik baru pun tak bisa dielakkan.
Hal yang menambah bahaya dari plastic adalah zat zat kimia berbahaya yang terkandung didalamnya. Zat zat kimia ini dapat menyebabkan kanker bahkan kematian. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya dan sangat tidak hemat energi. Selain itu, proses pembuatan plastik juga melibatkan penggunaan minyak bumi yang tidak sedikit. Padahal sebagaimana yang kita ketahui cadangan minyak bumi di dunia semakin menipis, dan minyak bumi semakin hari menjadi barang yang makin langka dan oleh karenanya semakin mahal untuk digunakan sebagai bahan bakar bagi aktifitas manusia.
Proses pembuatan plastic juga melepaskan banyak gas gas beracun ke udara. Gas gas beracun ini selain membahayakan makhluk hidup juga dapat merusak atmosfer bumi. Menurut sebuah riset, penggunaan plastic merupakan salah satu penyumbang terbesar gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
Lantas, apa solusi untuk mengatasi masalah limbah plastic ?
Meskipun plastic diurai dalam tanah selama 1000 tahun, limbahnya tidak akan pernah benar benar hilang,melainkan hanya akan menjadi serpihan serpihan kecil yang justru akan lebih mudah mencemari lingkungan. Serpihan serpihan plastic kecil tersebut dapat dengan mudah mencemari air tanah bahkan termakan oleh hewan dan manusia, yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan pencernaan dan dapat berujung pada kematian.
Bagaimana dengan membakar plastic ? Efeknya akan sama buruknya. Pembakaran plastic dapat melepaskan gas gas beracun yang terkandung didalamnya ke udara dan atmosfer. Dan apabila pembakarannya tidak sempurna, plastic dapat terurai di udara dan membentuk dioxin, salah satu zat paling beracun yang pernah ada.
Setelah kita menyadari bahaya plastic bagi lingkungan di bumi,tentunya dibutuhkan langkah langkah untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan. Selain memang masih diperlukan adanya daur ulang sampah plastic, tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan dan produksi plastic memang hendaknya dikurangi sejak saat ini.
Banyak Negara telah menggalakkan program pengurangan penggunaan kantong plastic, diantaranya Filipina, Australia, Hongkong, Taiwan, Irlandia, Skotlandia, Prancis, Swedia, Finlandia, Denmark, Jerman, Swiss, Tanzania, Bangladesh, dan Afrika Selatan. Semoga dalam waktu dekat Indonesia akan mengadakan program yang sama demi terwujudnya lingkungan yang lebih baik.
Posting Komentar