Tugas Dasar-Dasar Pemasaran
KATA
PENGANTAR
Puji syukur patut kita panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan perlindungannya maka karya tulis
ilmiah yang berjudul “Perilaku Konsumen”
ini dapat selesai tepat waktu dan tanpa hambatan yang berarti.
Terima kasih juga kami ucapkan
kepada semua pihak yang telah membantu penulisan karya tulis ilmiah ini baik
yang memberikan semangat, tenaga dan fikiran sehingga karya tulis ini dapat
terselesaikan.
Akhir kata, karya tulis ilmiah ini
adalah hasil karya yang jauh dari sempurna untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk mengurangi kesalahan
dipenulisan-penulisan berikutnya. Sekian dan terima kasih.
Makassar, April 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI
ABSTRAKSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
B. RUMUSAN
MASALAH
C. TUJUAN
PENULISAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN
B. EFEK
IKLAN PADA PERILAKU KONSUMEN
C. PENDEKATAN
PERILAKU KONSUMEN
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR
PUSTAKA
ABSTRAKSI
Konsep komunikasi pemasaran pada
dasarnya berkaitan dengan konsepsi ekonomi tentang unsur-unsur klasik pemasaran
yang lazim disebut “4P” yakni product (produk), price (harga), place (tempat
distribusi) dan promotion (promosi). Konsep ini kemudian dijabarkan kedalam
beberapa konsep yakni segmentasi pasar, analisis perilaku konsumen, desain
produk, pengemasan, branding (pemerekan), positioning, harga distributror, promosi
dan pelayanan pelanggan.
Perilaku konsumen merupakan suatu proses
dan aktivitas ketika sesorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan,
pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa memenuhi kebutuhan
dan keinginan.
Adapun
yang mempengaruhi faktor-faktor perilaku konsumen antara lain, kekuatan social
budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat social, kelompok anutan ( small
reference groups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan psikologis terdiri dari
pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan.
Iklan memiliki efek tersendiri bagi
konsumennya. Efek tersebut dapat berupa manfaat ataupun keburukan. Setiap orang
tentunya mendapatkan efek yang berbeda dari menonton iklan. Ada yang menganggap
iklan tersebut bermanfaat tetapi ada pula yang menganggap iklan tersebut tidak
berguna.
Efek yang kurang baik dari sebuah iklan
adalah sebuah iklan akan memunculkan sebuah perilaku hedonic. Perilaku tersebut merupakan perilaku seseorang dalam
mengkonsumsi suatu barang atau jusa lebih mementingkan gengsi dari produk
tersebut dibandingkan kegunaan yang dapat dinikmati dari sebuah barang atau jasa
yang dikonsumsi olehnya (Sumarwan 2002).
Perilaku konsumtif yang seperti itu
perlu memerlukan sebuah pengendalian. Pengendalian tersebut dilakukan agar para
konsumen tidak berlebihan dalam mengkonsumsi suatu barang maupun jasa.
Cara-cara yang dapat ditempuh adalah dengan memiliki skala prioritas.
Teori tingkah laku konsumen dapat
dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu: Pendekatan nilai guna (Utility)
Kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Komunikasi
pemasaran adalah proses pengolahan, produksi, dan penyampaian pesan-pesan
melalui satu atau lebih saluran kepada kelompok khalayak sasaran, yang
dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat dua arah dengan tujuan menunjang
efektifitas dan efisiensi pemasaran suatu produk.
Konsep
komunikasi pemasaran pada dasarnya berkaitan dengan konsepsi ekonomi tentang
unsur-unsur klasik pemasaran yang lazim disebut “4P” yakni product (produk),
price (harga), place (tempat distribusi) dan promotion (promosi). Konsep ini
kemudian dijabarkan kedalam beberapa konsep yakni segmentasi pasar, analisis
perilaku konsumen, desain produk, pengemasan, branding (pemerekan),
positioning, harga distributror, promosi dan pelayanan pelanggan.
Disini
penulis akan membahas mengenai konsep sentral pemasaran yakni perilaku konsumen.
Dalam konsep ini merupakan upaya memahami pola pembuatan keputusan dalam
pembelian suatu barang atau jasa serta faktor-faktor yang mempengaruhi baik
secara eksternal maupun internal. Faktor-faktor eksternal meliputi lingkungan,
budaya, kelas social, pengaruh personal, keluarga dan situasi setempat.
Sedangkan faktor-faktor internal mencakup sumber daya yang dimiliki setiap
individu konsumen (waktu, uang, perhatian, dll) motivasi dan keterlibatan diri,
pengetahuan, sikap serta unsur-unsur psikologis dan demografis.
Berbagai
cara telah dilakukan oleh pebisnis dan wirausahawan untuk dapat menaikkan
rating penjualan atas produk mereka, ada sebagian yang berhasil menarik
perhatian konsumen namun tidak sedikit juga yang akhirnya menemukan kegagalan
dalam perencanaan strategi marketing mereka terpuruk akibat sedikitnya minat
konsumen terhadap produk mereka.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian suatu barang?
2. Bagaimana
iklan mempengaruhi perilaku konsumen?
3. Pendekatan-pendekatan
apa saja yang digunakan memahami perilaku konsumen?
C. TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
penulisan karya tulis ilmiah ini adalah membantu pembaca untuk lebih mengetahui
bagaimana sebenarnya perilaku konsumen dalam komunikasi pemasaran. Tujuan
penulisan karya tulis ini adalah sebagai pemenuhan tugas MID mata kuliah
dasar-dasar komunikasi pemasaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
Perilaku
konsumen merupakan suatu proses dan aktivitas ketika sesorang berhubungan
dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk
dan jasa memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau organisi yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan
barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah dan bergerak sepanjang
waktu.
A. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KONSUMEN
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi 2
bagian yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pribadi seorang
konsumen dan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan sekitar seorang
konsumen. Adapun yang mempengaruhi faktor-faktor perilaku konsumen antara lain,
kekuatan social budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat social, kelompok
anutan ( small reference groups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan psikologis
terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan.Menganalisis
perilaku konsumen akan berhasil apabila kita dapat memahami aspek-aspek psikologis
manusia secara keseluruhan. Studi konsumen
memberikan petunjuk untuk memperbaiki dan memperkenalkan produk atau jasa,
menetapkan harga, perencanaan saluran, menyusun pesan, dan mengembangkan
kegiatan pemasaran lain termasuk dalam mengetahui perilaku konsumen. Pemasar
harus sepenuhnya memahami teori maupun realitas perilaku konsumen, mencakup
beberapa fakta penting tentang konsumen dan tren konsumen masa depan. Perilaku
pembelian konsumen sebenarnya di pengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial,
pribadi, dan psikologis. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh dan paling
luas dan paling dalam adalah faktor budaya.
Menurut Kolter,
Philip, Keller, Kevin Lane factor yang mempengaruhi perilaku konsumen sebagai
berikut:
a. Faktor
budaya
Budaya,
sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya
merupakan penentu keinginan dan perilaku pembentuk paling dasar. Anak-anak yang
sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku
dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya.
Masing-masing
budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan
sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, suku,
agama, ras, kelompok bagi para anggotanya. Ketika sub-budaya menjadi besar dan
cukup makmur, perusahaan akan sering merancang program pemasaran yang cermat
disana.
b. Faktor
social
Selain faktor
budaya, perilaku konsumen di pengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
kelompok acuan, keluarga, peran, dan status sosial. Kelompok acuan terdiri dari
semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap
sikap atau perilaku orang tersebut.Keluarga merupakan organisasi pembelian
konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi
kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
Peran dan status
sosial seseorang menunjukkan kedudukan orang itu setiap kelompok sosial yang ia
tempati. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang.
Masing-masing peran menghasilkan status. Contoh, seorang yang memiliki peran
sebagai manajer dan status yang lebih tinggi dari pegawai kantor, dimana ia
juga memiliki banyak keluarga dan anak, tentu ia akan tertarik dengan produk
mobil dari Toyota, karena ada kesesuaian antara kebutuhan dan keunggulan Toyota
sebagai mobil keluarga ideal terbaik Indonesia, ia bahkan juga bisa membeli
pakaian mahal dan juga keluarganya, membeli rumah besar untuk keluarganya dan
lain-lain.
c. Faktor
pribadi
Keputusan
membeli juga di pengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut
meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi,
kepribadian dan konsep diri, juga nilai dan gaya hidup pembeli.
d. Faktor
Psikologi
Titik awal untuk
memahami perilaku konsumen adalah adanya rangsangan pemasaran luar seperti
ekonomi, teknologi, politik, budaya. Satu perangkat psikologi berkombinasi
dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan
keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam
kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dengan keputusan
pembelian akhir. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan
pembelajaran) secara fundamental, mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap
rangsangan pemasaran.
Sedangkan
menurut James F. Engel – Roger D Blackwell-Paul W. Miniart dalam saladin
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :
·
Pengaruh lingkungan,
terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama
perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau
menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen
hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka
dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.
·
Perbedaan dan pengaruh
individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap,
kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor
internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima
faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses
keputusannya.
·
Proses psikologis,
terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku.
Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai
faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan
pembelian.
Efek Dari Iklan
Iklan memiliki efek
tersendiri bagi konsumennya. Efek tersebut dapat berupa manfaat ataupun
keburukan. Setiap orang tentunya mendapatkan efek yang berbeda dari menonton
iklan. Ada yang menganggap iklan tersebut bermanfaat tetapi ada pula yang
menganggap iklan tersebut tidak berguna. Iklan memang bagaikan dua sisi mata
uang bagi kehidupan kita, bisa bermanfaat ataupun tidak bermanfaat. Manfaatnya
adalah iklan dapat memberikan kepada kita sebuah informasi mengenai sebuah
barang atapun jasa. Konsumen menjadi lebih mengetahui karakteristik dari sebuah
barang maupun jasa yang diiklankan tersebut. Sehingga dalam mengkonsumsi barang
yang dibutuhkan, para konsumen tidak akan salah pilih. Mereka dapat
mengkonsumsi barang-barang yang memang memiliki daya guna yang tepat serta
sesuai dengan kemampuannya untuk mengkonsumsi barang tersebut. Selain itu
konsumen dapat terhibur oleh keberadaan iklan tersebut. Tidak jarang, sebuah
iklan dikemas secara sangat lucu dan menarik sehingga para penikmat iklan dapat
terhibur oleh iklan tersebut. Misalnya dengan menggunakan sosok yang diidolakan
oleh banyak orang misalnya .selebritas, atlet, maupun orang-orang kenamaan
seperti menteri. Hal tersebut tentunya dapat meningkatkan minat untuk
mengkonsumsi suatu barang atau jasa yang diiklankan. Penyampaian iklan yang
ditunjang dengan oemilihan media yang tepat akan sangat menentukan berhasil
tidaknya pesan yang ingin disampaikan pada iklan tersebut (Perdana 2010).
Sementara itu, efek
yang kurang baik dari sebuah iklan adalah sebuah iklan akan memunculkan sebuah
perilaku hedonic. Perilaku tersebut
merupakan perilaku seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang atau jusa lebih
mementingkan gengsi dari produk tersebut dibandingkan kegunaan yang dapat
dinikmati dari sebuah barang atau jasa yang dikonsumsi olehnya (Sumarwan 2002). Para konsumen yang hedonic tersebut mementingkan gengsinya, mereka tidak peduli akan
kegunaannya tersebut. Bagi mereka, gengsi dari sebuah produk lebih penting
untuk ditunjukkan kepada khalayak. Selain itu, akibat dari menonton iklan,
masyarakat perkotaan menjadi lebih konsumtifakan suatu barang maupun jasa.
Mereka akan terus berburu barang-barang yang memang bagi mereka menarik. Bagi
mereka, berbelanja merupakan suatu hal yang harus dilakukan. Tidak penting lagi
bagi mereka berapa banyak uang yang dipakai untuk memenuhi kebiasaannya
tersebut. Kebiasaan itu merupakan perilaku konsumen yang perlu dihindari oleh
setiap oranG.
Perilaku Konsumtif
Masyarakat
Dalam rangka memenuhi
kebutuhannya sehari-hari, setiap orang tentunya memiliki cara tersendiri dalam
memenuhinya. Namun pada intinya mereka perlu mengkonsumsi kebutuhannya
tersebut. Perilaku yang mempelajari mengenai sebuah perilaku masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya adalah perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah
perilaku untuk mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, serta menghabiskan
kegunaan suatu barang dan jasa yang diharapkan mampu memuaskan kebutuhan mereka
(Schiffman dan Kanuk 1994 dalam Sumarwan 2002). Perilaku setiap orang dalam
memenuhi kebutuhannya tentunya berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan
tiap orang dalam memenuhi kebutuhannya berbeda. Orang yang memiliki kehidupan
berlebih memiliki kesempatan untuk mengkonsumsi lebih banyak barang maupun
jasa. Sementara orang yang memiliki kehidupan yang sederhana tentunya lebih
terbatas dalam melakukan kegiatan konsumsi, baik itu mengkonsumsi barang maupun
jasa.
Perilaku konsumen
tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan iklan. Iklan merupakan
sebuah rangsangan bagi para konsumen untuk dapat mengkonsumsi serta mendapatkan
barang ataupun jasa yang menjadi kebutuhan konsumen tersebut. Iklan diterima
sebagai sebuah informasi. Informasi tersebut yang dapat memengaruhi kita dalam
berperilaku. Konsumen akan semakin tahu bara atau saja apa saja yang
dimperlukannya. Sehingga mereka menggunakan kemampuannya dengan baik untuk
memenuhi kebutuhannya tersebut. Mereka dapat mempertimbangkan ataupun
membandingkan mana saja yang diperlukan. Sebaliknya, iklan dapat pula
menjadikan setiap orang memiliki tingkat konsumsi yang berlebih. Orang yang
seperti itu dikatakan sebagai ‘korban iklan’. Mereka menjadi tertarik akan
suatu produk yang diiklankan tersebut. Sehingga mereka akan mendapatkan barang
ataupun jasa tersebut walaupun barang ataupun jasa tersebut tidak memiliki
kegunaan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Dalam pengambilan
keputusan sebelum melakukan konsumsi, seorang konsumen pasti dipengaruhi oleh
banyak hal. Suatu proses pengambilan keputusan tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu pengaruh lingkungan, latar belakang individu, serta
pengaruh psikologis (Nora 2009). Ketiga aspek tersebut dapat memengaruhi
pengambilan keputusan oleh seorang konsumen. Faktor lingkungan merupakan
faktor-faktor fisik dari luar yang memengaruhi konsumen untuk melakukan
konsumsi sesuai dengan keadaan lingkungannya tersebut. Faktor individu
merupakan keinginan serta keterampilan seseorang dalam mengambil keputusan untuk
melakukan konsumsi. Hal tersebut dilakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan
pribadinya. Sementara faktor psikologis merupakan sebuah perubahan perilaku
seseorang atas dasar penerimaan informasi yang didapatkan oleh seorang
konsumen. Tingkat konsumsi seseorang akan bergantung kepada pengambilan
keputusan tersebut. Pengambilan keputusan seseorang akan bergantung kepada
faktor-faktor. Sehingga dapat diketahui bahwa perilaku konsumen sangat
bergantung kepada aspek-aspek pengambilan keputusan.
Pengendalian Konsumtif
Seorang konsumen pasti
akan memiliki perilaku tersendiri dalam melakukan konsumsi. Perilaku konsumen
kadang-kadang meliputi hal-hal yang tidak baik. Perilaku konsumen yang tidak
baik yaitu perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif yang seperti itu perlu memerlukan
sebuah pengendalian. Pengendalian tersebut dilakukan agar para konsumen tidak
berlebihan dalam mengkonsumsi suatu barang maupun jasa. Cara-cara yang dapat
ditempuh adalah dengan memiliki skala prioritas. Dalam hidup tentunya seorang
manusia mememrlukan suatu skala prioritas, selektivitas dalam memilih barang
ataupun jasa, dan membatasi pengeluaran.
Seseorang harus
memiliki sebuah prioritas dalam memenuhi kebutuhannya. Hal yang lebih penting
bagi kehidupannya akan dipenuhi oleh konsumen tersebut. Skala prioritas dapat
dibuat dalam hal menanggulangi sikap konsumtif yang sering ada di masyarakat.
Sebuah prioritas merupakan sebuah kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok dapat
meliputi sandang, pangan, dan papan. Skala prioritas juga dapat mengatur
pengeluaran yang dilakukan oleh seorang konsumen. Bagi orang-orang yang
berpenghasilan menengah kebawah, skala prioritas dapat dijadikan cara yang
paling efektif dan efisien dalam mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.
Cara berikutnya adalah
selektif dalam membeli atau mengkonsumsi barang atau jasa. Seorang konsumen
perlu selektif dalam memilih jenis barang atau jasa yang diperlukan olehnya.
Suatu barang harus diperkirakan fungsinya bagi kehidupannya. Fungsi fisiologis
perlu diperhatikan. Misalnya sebuah air mineral memiliki fungsi untuk
menghilangkan haus dan dahaga. Sementara itu fungsi psikologis juga harus
diperhatikan. Seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang maupun jasa dapat
memengaruhi aspek psikologis. Misalnya dalam mengkonsumsi dan mempergunakan
sebuah barang dapat berdampak pada kondisi psikologisnya, misalnya rasa bangga
ataupun senang.
Cara yang terakhir
adalah membatasi pengeluaran dalam mengkonsumsi sebuah barang dan jasa.
Pengeluaran harus digunakan secara bijaksana. Pengeluaran konsumen harus dapat
memenuhi kebutuhan yang utamanya terlebih dahulu, baru kebutuhan yang lainnya.
Kebutuhan utamanya merupakan kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan. Sebuah
kebutuhan pokok akan di paksakan untuk dapat dikonsumsi. Apabila kebutuhan
pokok tersebut tidak dapat ditemui karena harganya yang terlalu tinggi,
seseorang akan mencari barang-barang alternatifnya.
C. PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN
Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam
dua macam pendekatan yaitu:
·
Pendekatan nilai guna
(Utility) KardinaL
·
Pendekatan nilai guna
ordinal
Pendekatan nilai guna
(Utility) Kardinal
Pendekatan
nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif
: dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat
dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam
memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari
seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai
jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh
karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
·
Kepuasan seorang
konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan.
Misalnya: mata uang.
·
Setiap tambahan satu
unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut
dalam jumlah tertentu.
Kepuasan marginal (marginal utility)
Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan
jumlah barang yang dikonsumsi.
Pendekatan nilai
guna ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga
disebut analisis Kurva indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari
mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur.
Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
Kelemahan pendekatan ordinal
Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat
diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit
dilakukan.
Persamaan
kardinal dan ordinal
Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama
menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya
tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai
tujuannya (maximum utility)
Perbedaan
kardinal dan ordinal
·
nilai guna (Utility)
Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam
bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan
dalam bilangan / angka.
·
Analisis cardinal
mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal).
Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva
kepuasan sama.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perilaku
konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau
organisi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam
mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah
dan bergerak sepanjang waktu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dibedakan menjadi 2 bagian yaitu faktor-faktor yang berasal
dari dalam diri pribadi seorang konsumen dan faktor-faktor yang berasal dari
lingkungan sekitar seorang konsumen. Adapun yang mempengaruhi faktor-faktor
perilaku konsumen.
Efek
iklan bagi perilaku konsumen dapat berupa manfaat ataupun keburukan. Setiap
orang tentunya mendapatkan efek yang berbeda dari menonton iklan. Ada yang
menganggap iklan tersebut bermanfaat tetapi ada pula yang menganggap iklan
tersebut tidak berguna. Iklan memang bagaikan dua sisi mata uang bagi kehidupan
kita, bisa bermanfaat ataupun tidak bermanfaat. Manfaatnya adalah iklan dapat
memberikan kepada kita sebuah informasi mengenai sebuah barang atapun jasa.
Konsumen menjadi lebih mengetahui karakteristik dari sebuah barang maupun jasa
yang diiklankan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Engel,
James E, dkk. (1990). Consumer Behavior, Sixth Editon. Chicago: The Dryden
Press.
Engel,
James E, dkk. (2003 : 19). Saladin Stanton.
Kolter,
dkk. (2006). Marketing Management: Twelfth Edition. New Jersey: Pearson
Education, inc.
Stanton
J.William. (1994). Pemasaran. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Sumarwan
U. (2002). Perilaku konsumen : teori dan penerapannya dalam pemasaran. Bogor [ID]:PT.
Ghalia Indonesia dan MMA-IPB.
Website
:
Posting Komentar